Sabtu, 27 Agustus 2016

LIRIK PEWAKIL RASAKU TERHADAPMU : EDISI SERIUS


Music: Mithoon
Singer: Arijit Singh

Hum tere bin ab reh nahin sakte

Tere bina kyaa wajood meraa (2x)

Aku tanpami kini tak dapat hidup
tanpamu apalah artinya keberadaanku

Tujh se judaa gar ho jaayenge
To khud se hi ho jaayenge judaa

jika aku terpisah darimu
maka aku juga akan terpisah dari diriku

Kyonki tum hi ho
Ab tum hi ho
Zindagi, ab tum hi ho
Chain bhi, meraa dard bhi
Meri aashiqui ab tum hi ho


Karena hanya kamu
sekarang hanya kamu
kehidupanku kini hanya kamu seorang
ketenanganku juga rasa sakitku
cintaku sekarang adalah dirimu seorang

Teraa meraa rishtaa hai kaisaa
Ik pal door gawaaraa nahi
Tere liye har roz hain jeete
Tujh ko diyaa meraa waqt sabhi
Koi lamhaa meraa naa ho tere binaa
Har saans pe naam teraa


Bagaimana hubungan kita ini
aku tidak bisa jauh darimu walaupun untuk sesaat
untukmu setiap hari aku bertahan hidup
semua waktuku hanya untukmu
Tiada sedikitpun waktuku tanpa kehadiranmu
namamu ada di setiap hembusan nafasku

Kyonki tum hi ho
Ab tum hi ho
Zindagi, ab tum hi ho
Chain bhi, meraa dard bhi
Meri aashiqui ab tum hi ho

Karena hanya kamu
sekarang hanya kamu
kehidupanku kini hanya kamu seorang
ketenanganku juga rasa sakitku
cintaku sekarang adalah dirimu seorang

Tum Hi ho….Tum hi ho……
dirimu… dirimu….

Tere liye hi jiyaa main
Khud ko jo yoon de diya hai
Teri wafaa ne mujh ko sambhaalaa
Saare ghamon ko dil se nikaala
Tere saath mera hai naseeb juDaa
Tujhe paa ke adhoora naa raha


Hidupku hanya untukmu
aku telah memberikan hidupku untukmu
kesetiaanmulah yang telah menjagaku
menghapus seluruh duka dari dalam hatiku
bersamamu nasibku terjalin
setelah mendapatkanmu hidupku sempurna

Kyonki tum hi ho
Ab tum hi ho
Zindagi, ab tum hi ho
Chain bhi, meraa dard bhi
Meri aashiqui ab tum hi ho

Karena hanya kamu
sekarang hanya kamu
kehidupanku kini hanya kamu seorang
ketenanganku juga rasa sakitku
cintaku sekarang adalah dirimu seorang

Jumat, 26 Agustus 2016

GORESAN HATI SANG PERINDU: CERPEN ~JUDUL: KEMBALINYA KATA KASIH~

rencana pertunangan yang sudah di rancang tiga bulan yang lalu kini hanya tinggal harap. Shinta Pramudya sangat sadar semua masalah ini berawal darinya yang belum mampu mengontrol emosinya yang memang terlalu mudah meletup.
semenjak Shinta tanpa sadar membatalkan pertunangan itu, jiwanya benar-benar hampa. keesokan paginya ia langsung menelepon Brian untuk meminta maaf. Namun apalah daya waktu sudah berjalan tanpa mau mengulang. Brian sudah menyampaikan kepada ibunya Shinta perihal penundaan pertunangan mereka. mendengar penjelasan Brian, ibunya Shinta jelas membela yang menurutnya patut dibela, Brian. Sebagai orang tua, ibu tidak mau ikut campur terlalu dalam. ibu yakin anaknya sudah dewasa dan tahu mana yang baik dan kurang baik.
"Shinta.. tak baik mengambil keputusan dengan emosi" pesan ibunya.
Shinta mengerti maksud ibu. Meski tidak langsung memarahi namun kalimat itu sudah cukup mewakili kekecewaan hati ibu kepada Shinta.

hari demi hari berlalu, Brian tak kunjung memulai komunikasi. baik dari sms, telepon, di facebook juga tak terlihat wajah yang diinginkan muncul di obrolan. Biasanya setiap hari Minggu, Brian bertandang ke rumah. tapi kali ini tak terlihat batang hidungnya.
"semarah itukah dia?"

berani membuat kesalahan maka harus berani juga meminta maaf. Wanita egois seperti Shinta selama menjalani hubungan dengan Brian tak pernah meminta maaf duluan, padahal selalu Shinta yang membuat onar. Kali ini ia sungguh tidak peduli dengan egoisnya. tiga kali sehari Shinta sms Brian sekedar menanyakan apa kabar atau mengirinkan puisi-puisi romantis. Sengaja tak menelepon karena Shinta takut tidak diangkat.
satu minggu Shinta berusaha, tetap tak ada tanggapan.

tak mau meneyerah, Shinta mendatangi rumah Brian di saat kekasihnya sedang tidak berada di rumah. Shinta punya trik menarik kembali hati calon mertua. Ibu dan ayah Brian seperti biasa sangat welcome dengan Shinta.

hubungan Shinta dan ibu Brian sudah seperti anak dan ibu kandung. Mereka sama suka memasak. seharian Shinta membantu ibu Brian memasak dan membuat kue.
"bu.. jangan kasih tau Brian ya kalau Shinta main kesini" pinta Shinta.
"iya.. Shinta tenang aja" ibu Brian mengancungkan jempol.

empat belas hari telah berlalu dijalani Shinta dengan jiwa yang hambar dan tanpa semangat penuh. Jam 19.00 HP nya berdering.
"I love you"
sontak Shinta meloncat-loncat di atas kasur kegirangan.

Rabu, 24 Agustus 2016

GORESAN TANGAN ~HARAPAN~

pangeran berkuda putih itu perlahan menjauh
mencipta riuh ombak di hatiku
hanya terdiam tanpa kata perpisahan
apakah itu isyarat tak kan kembali?

maafkan....
diriku yang tak sempurna
tapi cinta ini untukmu luar biasa
tak kan ditemui cinta seperti ini di sudut dunia manapun

jika tak kau izinkan aku ikut denganmu
biarkanlah aku melihatmu dari kejauhan
rasakanlah.. rindu ini hanya tertuju padamu


Selasa, 23 Agustus 2016

GORESAN HARI INI : DI BAWAH RINTIH HUJAN

Terikat Rindu

binar matamu menggantung di binarku
senyum manis pembawa cahaya
akankah kutemui lagi tatapan itu?
setelah mendung bergejolak di wajah manismu

di bawah rintih hujan seorang diri terikat rindu
semakin kuat, semakin deras mengalir
apakah dirimu yang disana merasakan hal yang sama?
ataukah sedang memikirkan untuk berlari

aku rindu pada hatimu
aku rindu dirimu
aku rindu semua yang ada padamu




Kamis, 18 Agustus 2016

GORESAN TANGAN:-JUDUL: AKU bukan AKU part 2- NOVEL MISTERI

MALAM MINGGU KELABU

semuanya memang sudah baik-baik saja. Tapi kenapa masih hampa??? tidak hadirnya sang pangeran di acara terpenting dalam hidupnya mengusik jiwa Shinta Pramudya. Kecantikan dan ketenaran sudah ia dapatkan. Semuanya tak lepas dari campur tangan dari Brian.

HAMBAR tanpa rasa yang sedang menyelimuti jiwa gadis bermata sipit itu. Shinta sangat menyadari semuanya berawal dari dirinya. Bencana hati itu berawal dari candaan nyentrik tunangannya. Sebenarnya hanya hal sepele.
"adek kalau mau keluar rumah dandan yang canti dikit dunk.." kata Brian sembari menyetir motor besarnya.
Sontak kata candaan itu sangat menusuk ke hati Shinta. Usahanya berasa sia-sia. mulai dari jam lima sore Shinta sudah mengacak-ngacak lemari pakaiannya. Ia mengira Brian akan senang dengan baju biru yang ia kenakan. Tapi ternyata dalam satu menitnya harapnya pungkas. Dari dulu Shinta sangat tidak suka dijatuhkan menyiakan usaha yang sudah dilakukan. Dua hal yang akan terjadi yakni Shinta akan semakin termotivasi untuk terus maju atau ia akan melimpahkan kemarahan kepada orang yang menjatuhkan semangatnya. Marahnya pun bukan main. Tak bisa dibandingkan amarah besarnya dengan kata yang membuatnya down beberapa saat.

Shinta memilih diam dari pergi jalan-jalan hinga pulangnya. Ia hanya menanggapi singkat setiap perkataan dari Brian. Tunangannya sangat paham hati kekasihnya itu. Maka Brian juga memutuskan untuk tidak banyak bicara.

Tidak seperti biasa Shinta selalu menyungging senyum smanis sambil berdiri di depan pintu melambaikan tangannya kepada Brian. Namun kali ini Shinta langsung masuk kerumah tanpa sinar kebahagiaan di matanya. Hanya aroma kemarahan yang terlihat jelas dari perilaku Shinta. Brian sangat khawatir memikirkan hal selanjutnya.

AKU bukan AKU

gadis berkulit putih itu menggenggam piala penghargaan sebagai penulis tervavorit. sudah empat tahun berturut-turut ia menyandang gelar itu. tak sulit baginya memberikan beberapa kata mewakili perasaannya saat ini. jerih payahnya kini terbayarkan sudah. mata-mata keraguan itu kini penuh dengan binar membanggakan. keluarga besar yang dulu menentang jalan yang dipilihnya kini menyungging senyum lebar.

tak bisa dipungkiri keraguan dari keluarga karena tak berdampak nyata bagi mereka. apa yang Shinta lakukan hanya menghabiskan uang saja.
"untuk apa jualan buku. sekarang itu orang udah pake laptop" ucap abah dengan suara yang meninggi.
Shinta hanya bisa diam. ia sangat mengerti ada ketidakmengertian dalam kalimat itu. Shinta tidak hanya menjadi tukang jualan buku. tapi Shinta menjadi orang yang menulis buku itu. sangat ingin Shinta menjelaskan kemana arah cita-citanya. tak mau menambah panjang masalah akhirnya Shinta memutuskan untuk pura-pura menuruti keinginan ayah dan ibunya.

ayahnya yang duduk di kursi paling depan mengirimkan binar mata bangga ke arah dirinya yang sedang mengucapkan kata syukur di atas podium. teringat akan kerasnya ia menentang keinginan anaknya menjadi seorang penulis membuat bapak Indra mengalirkan sedikit butiran bening dari sudut matanya.
"kamu kebanggaan bapak nak..."

ini untukmu ayah............