MALAM MINGGU KELABU
semuanya memang sudah baik-baik saja. Tapi kenapa masih hampa??? tidak hadirnya sang pangeran di acara terpenting dalam hidupnya mengusik jiwa Shinta Pramudya. Kecantikan dan ketenaran sudah ia dapatkan. Semuanya tak lepas dari campur tangan dari Brian.
HAMBAR tanpa rasa yang sedang menyelimuti jiwa gadis bermata sipit itu. Shinta sangat menyadari semuanya berawal dari dirinya. Bencana hati itu berawal dari candaan nyentrik tunangannya. Sebenarnya hanya hal sepele.
"adek kalau mau keluar rumah dandan yang canti dikit dunk.." kata Brian sembari menyetir motor besarnya.
Sontak kata candaan itu sangat menusuk ke hati Shinta. Usahanya berasa sia-sia. mulai dari jam lima sore Shinta sudah mengacak-ngacak lemari pakaiannya. Ia mengira Brian akan senang dengan baju biru yang ia kenakan. Tapi ternyata dalam satu menitnya harapnya pungkas. Dari dulu Shinta sangat tidak suka dijatuhkan menyiakan usaha yang sudah dilakukan. Dua hal yang akan terjadi yakni Shinta akan semakin termotivasi untuk terus maju atau ia akan melimpahkan kemarahan kepada orang yang menjatuhkan semangatnya. Marahnya pun bukan main. Tak bisa dibandingkan amarah besarnya dengan kata yang membuatnya down beberapa saat.
Shinta memilih diam dari pergi jalan-jalan hinga pulangnya. Ia hanya menanggapi singkat setiap perkataan dari Brian. Tunangannya sangat paham hati kekasihnya itu. Maka Brian juga memutuskan untuk tidak banyak bicara.
Tidak seperti biasa Shinta selalu menyungging senyum smanis sambil berdiri di depan pintu melambaikan tangannya kepada Brian. Namun kali ini Shinta langsung masuk kerumah tanpa sinar kebahagiaan di matanya. Hanya aroma kemarahan yang terlihat jelas dari perilaku Shinta. Brian sangat khawatir memikirkan hal selanjutnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar