gadis berkulit putih itu menggenggam piala penghargaan sebagai penulis
tervavorit. sudah empat tahun berturut-turut ia menyandang gelar itu.
tak sulit baginya memberikan beberapa kata mewakili perasaannya saat
ini. jerih payahnya kini terbayarkan sudah. mata-mata keraguan itu kini
penuh dengan binar membanggakan. keluarga besar yang dulu menentang
jalan yang dipilihnya kini menyungging senyum lebar.
tak bisa dipungkiri keraguan dari keluarga karena tak berdampak nyata bagi mereka. apa yang Shinta lakukan hanya menghabiskan uang saja.
"untuk apa jualan buku. sekarang itu orang udah pake laptop" ucap abah dengan suara yang meninggi.
Shinta hanya bisa diam. ia sangat mengerti ada ketidakmengertian dalam kalimat itu. Shinta tidak hanya menjadi tukang jualan buku. tapi Shinta menjadi orang yang menulis buku itu. sangat ingin Shinta menjelaskan kemana arah cita-citanya. tak mau menambah panjang masalah akhirnya Shinta memutuskan untuk pura-pura menuruti keinginan ayah dan ibunya.
ayahnya yang duduk di kursi paling depan mengirimkan binar mata bangga ke arah dirinya yang sedang mengucapkan kata syukur di atas podium. teringat akan kerasnya ia menentang keinginan anaknya menjadi seorang penulis membuat bapak Indra mengalirkan sedikit butiran bening dari sudut matanya.
"kamu kebanggaan bapak nak..."
ini untukmu ayah............
Tidak ada komentar:
Posting Komentar